Selasa, 31 Mei 2011

Membuat PC Router Dengan Ubuntu Untuk Setting Jaringan LAN - WAN (Networking Tutorial)

Router adalah sebuah device yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah network ke network yang lainnya (baik LAN ke LAN atau LAN ke WAN) sehingga host-host yang ada pada sebuah network bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada network yang lain. Jenis router ada yang diproduksi oleh vendor tertentu (cisco, juniper, dst) atau yang dapat difungsikan menggunakan komputer (pc router).
PC (Personal Computer) Router adalah sebuah komputer yang berfungsi sebagai router. PC Router dapat diterapkan dengan menggunakan spesifikasi minimal :
aka akan terlihat seperti berikut :
untuk ip static :
—————cut————–
Chain POSTROUTING (policy ACCEPT)
target prot opt source destination
SNAT 0 — 192.168.0.0/24 anywhere to:10.10.1.81
—————cut————–
untuk ip DHCP :
—————cut————–
Chain POSTROUTING (policy ACCEPT)
target prot opt source destination
MASQUERADE 0 — 192.168.0.0/24 anywhere
Router adalah sebuah device yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah network ke network yang lainnya (baik LAN ke LAN atau LAN ke WAN) sehingga host-host yang ada pada sebuah network bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada network yang lain. Jenis router ada yang diproduksi oleh vendor tertentu (cisco, juniper, dst) atau yang dapat difungsikan menggunakan komputer (pc router).
PC (Personal Computer) Router adalah sebuah komputer yang berfungsi sebagai router. PC Router dapat diterapkan dengan menggunakan spesifikasi minimal :
- Dua buah NIC
- OS *nix (BSD, Linux, Unix), OS Windows Server, Open Solaris, dst
Pada installasi kali ini, kita akan membuat PC Router dengan menggunakan OS Linux Ubuntu Desktop 7.10 Punyanya “Om Gusty”.
Saat ini aku make dua buah lan cards yang satu buat ke luar dan yang atunya buat ke dalam.
KONFIGURASI
1. Konfigurasi IP address
* eth0 : IP Address 10.10.1.81 Netmask 255.255.255.0
* eth1 : IP Address 192.168.0.1 Netmask 255.255.255.0
* DNS Server : 127.0.0.1 (disesuaikan dengan punya kita yang konek internet)
* Search Domains : perusahaan.com (boleh di isi boleh gak)
perintah seting ip (bisa lewat gui, tp ni ak pake terminal):
* sudo ifconfig eth0 10.10.1.81 netmask 255.255.255.0 (lan card 1)
* sudo ifconfig eth 192.168.0.1 netmask 255.255.255.0 (lan card 2)
* route add default gw 10.10.1.1 (klo pake modem ya GATEWAY nya modem)
klik panel System->Administration->Network trus meminta password administrasi, maka masukan password user yang pertama kali dibuat. Pilih bagian eth0 (network eksternal) lalu klik “Properties” . Uncheck pilihan “Enable roaming mode” lalu ganti “Configuration” menjadi “Static IP Address“. Masukan :
* IP address : 10.10.1.81
* Subnet mask : 255.255.255.0
* Gateway address : 10.10.1.1 (Gateway di isi sesuai dengan ip modem ato alat yg konek internet tu pokoke)
Lalu klik tombol “OK“.
Pilih bagian eth1 (network internal) lalu klik “Properties” . Uncheck pilihan “Enable roaming mode” lalu ganti “Configuration” menjadi “Static IP Address“. Masukan :
* IP address : 192.168.0.1
* Subnet mask : 255.255.0.0
* Gateway address :
Lalu klik tombol “OK“.
Gateway pada eth1 dikosongkan, karena router harus menentukan default gateway-nya. Sedangkan default gateway yang digunakan adalah yang melalui eth0.
Lanjuttt …. Pilih tab “General“. Masukan :
* Host name : PCrouter
* Domain name : Nyobain.com
Pilih tab “DNS“
Klik “Add” pada bagian “DNS Servers” lalu masukan IP Address dns servernya yaitu 127.0.0.1, tekan enter. Itu Kita memasukan IP Address localhost (127.0.0.1) karena kita akan menggunakan DNS local untuk semua manajemennya. Ato klo make koneksi lainnya disesuaikan aja yah.
Klik “Add” pada bagian “Search domains” lalu masukan Nyobain.com, tekan enter
Tekan tombol “Close” apabila konfigurasi sudah sesuai. Secara otomatis seharusnya IP Address sudah terkonfigurasi sendiri, apabila masih belum maka bisa direstart networknya atau restart aja komputernya
2. Konfigurasi IP Forward
IP Forward adalah suatu system yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari suatu jaringan ke jarinagn yang lain. Untuk mengkonfigurasinya, kita perlu mengubah modul kernel ip_forward menjadi enable. Tapi sebelumnya ubah password root dahulu biar gak ngerepotin nantinya. Klik panel System->Administration->Users and Groups. Pilih login name “root“, lalu klik Properties. Dibagian “Password“, ubah :
* User password : password_root
* Confirmation : password_root
Atau “Generate random password“, apabila ingin menggunakan password yang dibuat secara random. Lalu klik tombol “OK“.
Untuk mengaktifkan IP Forward, kita dapat mengklik panel Applications->Accecories->TerminalSetelah muncul terminalnya, ketik perintah :
* su -
* Password : password_root
Maka kita sudah masuk ke mode root, dengan ditandai oleh tanda “#” (tanda kress). Lalu dilanjutkan dengan perintah berikut :
* echo “net.ipv4.ip_forward=1? >> /etc/sysctl.conf
* sysctl -p /etc/sysctl.conf
Apabila pada file /etc/systecl.conf sudah terdapat entry-an “net.ipv4.ip_forward=0“, maka ubah saja nilainya menjadi 1. Untuk mengubah nilainya dapat menggunakan editor “pico” ato “vi“ ato “nano” ato apalah perintah linux lainnya. Untuk mengecek apakah IP Forward sudah diaktifkan pada PC, maka jalankan perintah berikut :
* sysctl net.ipv4.ip_forward
Apabila hasilnya adalah 1, maka IP Forward sudah di enable. Selanjutnya paket-paket yang dikirim oleh network sudah dapat diteruskan ke network yang lainnya.
3. Konfigurasi IP yang Dituju pada saat Nge-routing
Perintah yang aku pakai di bawah ini buat ip yang static :
* sudo iptables -t nat -A POSTROUTING -s 192.168.0.0/24 -d 0/0 -j SNAT –to 10.10.1.81
Sedangkan untuk IP yang DHCP bisa pakai cara mas Hanadi :
* sudo iptables -t nat -A POSTROUTING -s 192.168.0.0/24 -d 0/0 -j MASQUERADE
untuk mengecek hasilnya ketikan perintah berikut :
* iptables -L -t nat
Maka akan terlihat seperti berikut :
untuk ip static :
—————cut————–
Chain POSTROUTING (policy ACCEPT)
target prot opt source destination
SNAT 0 — 192.168.0.0/24 anywhere to:10.10.1.81
—————cut————–
untuk ip DHCP :
—————cut————–
Chain POSTROUTING (policy ACCEPT)
target prot opt source destination
MASQUERADE 0 — 192.168.0.0/24 anywhere
—————cut————–
Konfigurasi IP Masquerade tidak bersifat permanen, maka disarankan untuk mengaplikasikan cara berikut :
* pico /etc/init.d/iptables
Isikan file tersebut dengan entry-an berikut :
—–start—–
#!/bin/sh
#
#This is a ubuntu adapted iptables script from gentoo
#(http://www.gentoo.org) which was originally distributed
# under the terms of the GNU General Public License v2
#and was Copyrighted 1999-2004 by the Gentoo Foundation
#
#This adapted version was intended for and ad-hoc personal
#situation and as such no warranty is provided.
IPTABLES_SAVE=”/etc/default/iptables-rules”
SAVE_RESTORE_OPTIONS=”-c”
SAVE_ON_STOP=”yes”
checkrules() {
if [ ! -f ${IPTABLES_SAVE} ]
then
echo “Not starting iptables. First create some rules then run”
echo “\”/etc/init.d/iptables save\””
return 1
fi
}
save() {
echo “Saving iptables state”
/sbin/iptables-save ${SAVE_RESTORE_OPTIONS} > ${IPTABLES_SAVE}
}
start(){
checkrules || return 1
echo “Loading iptables state and starting firewall”
echo -n “Restoring iptables ruleset”
start-stop-daemon –start –quiet –exec /sbin/iptables-restore — ${SAVE_RESTORE_OPTIONS} &2
exit 1
;;
esac
exit 0
READ MORE - Membuat PC Router Dengan Ubuntu Untuk Setting Jaringan LAN - WAN (Networking Tutorial)

Rabu, 11 Mei 2011

Menghitung subnetting IP

Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
  5. Subnet
    192.168.1.0
    192.168.1.64
    192.168.1.128
    192.168.1.192
    Host Pertama
    192.168.1.1
    192.168.1.65
    192.168.1.129
    192.168.1.193
    Host Terakhir
    192.168.1.62
    192.168.1.126
    192.168.1.190
    192.168.1.254
    Broadcast
    192.168.1.63
    192.168.1.127
    192.168.1.191
    192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
  5. Subnet
    172.16.0.0
    172.16.64.0
    172.16.128.0
    172.16.192.0
    Host Pertama
    172.16.0.1
    172.16.64.1
    172.16.128.1
    172.16.192.1
    Host Terakhir
    172.16.63.254
    172.16.127.254
    172.16.191.254
    172.16.255.254
    Broadcast
    172.16.63.255
    172.16.127.255
    172.16.191.255
    172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 172.16.255.255
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan ;)
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.0 10.1.0.0 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 10.254.255.255 10.255.255.255
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya ;)
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan lupa mengikuti artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat pemahaman anda dan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu terbatas.
Source Mas Rommy.
REFERENSI
  1. Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
  2. Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
  3. Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004.
Berikut soal latihan, tentukan :
a) Alamat Subnet Mask,
b) Alamat Subnet,
c) Alamat Broadcast,
d) Jumlah Host yang dapat digunakan,
e) serta Alamat Subnet ke-3
dari alamat sebagai berikut:
1. 198.53.67.0/30
2. 202.151.37.0/26
3. 191.22.24.0/22
Saya coba berhitung-hitung seperti demikian ;-)
1. 198.53.67.0/30 –> IP class C:
Subnet Mask: /30 = 11111111.11111111.11111111.11111100 = 255.255.255.252
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah Host per Subnet: 22 – 2 = 2 host
Blok Subnet: 256 – 252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
jadi blok Subnet: 0, 4, 8, 12, dst…
Host dan broadcast yang valid:

Maka dari perhitungan diperoleh:
  • Alamat Subnet Mask: 255.255.255.252
  • Alamat Subnet: 198.53.67.0, 198.53.67.4, 198.53.67.8, 198.53.67.12, … , 198.53.67.252
  • Alamat Broadcast: 198.53.67.3, 198.53.67.7, 198.53.67.11, 198.53.67.15 … 198.53.67.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 64×2 = 128
  • Alamat Subnet ke-3: 198.53.67.8
2.202.151.37.0/26 -> IP class C
Subnet Mask: /26 = 11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 22 = 4 Subnet
Jumlah Host per Subnet: 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet: 256 – 192 = 64, blok berikutnya: 64+64 = 128, 128+64 = 192
Jadi blok Alamat Subnet: 0, 64, 128, 192
Host dan broadcast yang valid:
Maka dari perhitungan diperoleh:
  • Alamat Subnet Mask: 255.255.255.192
  • Alamat Subnet: 202.151.37.0, 202.151.37.64, 202.151.37.128, 202.151.37.192
  • Alamat Broadcast: 202.151.37.63, 202.151.37.127, 202.151.37.191, 202.151.37.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 4×62 = 248
  • Alamat Subnet ke-3: 202.151.37.128
3.191.22.24.0/22 –> IP class B
Subnet Mask: /22 = 11111111.11111111.11111100.00000000 = 255.255.252.0
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah Host per Subnet: 22– 2 = 2 host
Jumlah Blok Subnet: 256 – 252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
Jadi blok Alamat Subnet: 0, 4, 8, 12, 16, dst…
Alamat host yang valid:
  • Alamat Subnet Mask: 255.255.252.0
  • Alamat Subnet: 191.22.24.0, 191.22.24.4, 191.22.24.8, …, 191.22.24.252
  • Alamat Broadcast: 191.22.24.3, 191.22.24.7, 191.22.24.11, …, 191.22.24.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 2×64 = 128
  • Alamat Subnet ke-3: 191.22.24.8
Mohon kalo’ ada yang salah, silahkan dikoreksi ;-)
Source from : http://mti.ugm.ac.id/~subura/?p=8
READ MORE - Menghitung subnetting IP

Memahami Alamat IP,subnetting

Sebuah alamat ip adalah alamat yang di gunakan untuk mengindentifikasisecara unik perangkatpada suatu jaringan ip. The address is made up of 32 binary bits which can be divisible into a network portion and host portion with the help of a subnet mask. Alamat terdiri dari 32 bit biner yang dapat dibagi ke dalam bagian jaringan dan bagian host dengan bantuan sebuah subnet mask. The 32 binary bits are broken into four octets (1 octet = 8 bits). 32 bit biner yang dibagi menjadi empat oktet (1 oktet = 8 bit). Each octet is converted to decimal and separated by a period (dot). Setiap oktet dikonversi ke desimal dan dipisahkan oleh titik (dot). For this reason, an IP address is said to be expressed in dotted decimal format (for example, 172.16.81.100). Untuk alasan ini, sebuah alamat IP dikatakan dinyatakan dalam format desimal bertitik (misalnya, 172.16.81.100). The value in each octet ranges from 0 to 255 decimal, or 00000000 - 11111111 binary. Nilai pada setiap rentang oktet dari 0 sampai 255 desimal, atau 00000000-11111111 biner.
Here is how binary octets convert to decimal: The right most bit, or least significant bit, of an octet holds a value of 2 0 . Berikut adalah bagaimana mengkonversi oktet biner ke desimal: Yang paling bit kanan, atau bit paling signifikan, dari oktet suatu memegang nilai 2 0. The bit just to the left of that holds a value of 2 1 . Bit hanya untuk kiri itu memegang nilai 2 1. This continues until the left-most bit, or most significant bit, which holds a value of 2 7 . Ini terus berlanjut sampai yang paling-bit kiri, atau paling sedikit signifikan, yang memegang nilai 2 7. So if all binary bits are a one, the decimal equivalent would be 255 as shown here: Jadi, jika semua bit biner adalah satu, yang setara desimal akan 255 seperti yang ditunjukkan di sini:
 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
  128 64 32 16 8 4 2 1 (128+64+32+16+8+4+2+1=255) 128 64 32 16 8 4 2 1 (128 +64 +32 +16 +8 +4 +2 +1 = 255) 
Here is a sample octet conversion when not all of the bits are set to 1. Berikut adalah contoh konversi oktet bila tidak semua bit yang di set ke 1.
 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1
  0 64 0 0 0 0 0 1 (0+64+0+0+0+0+0+1=65) 0 64 0 0 0 0 0 1 (0 +64 +0 +0 +0 +0 +0 +1 = 65) 
And this is sample shows an IP address represented in both binary and decimal. Dan ini adalah contoh menunjukkan alamat IP terwakili dalam binari dan desimal.
 10. 10. 1. 1. 23. 23. 19 (decimal) 19 (desimal)
  00001010.00000001.00010111.00010011 (binary) 00001010.00000001.00010111.00010011 (biner) 
These octets are broken down to provide an addressing scheme that can accommodate large and small networks. Oktet ini dipecah untuk memberikan skema pengalamatan yang dapat mengakomodasi jaringan besar dan kecil. There are five different classes of networks, A to E. This document focuses on addressing classes A to C, since classes D and E are reserved and discussion of them is beyond the scope of this document. Ada lima kelas yang berbeda jaringan, A sampai E. Dokumen ini berfokus pada alamat kelas A ke C, karena kelas D dan E dicadangkan dan diskusi dari mereka berada di luar lingkup dokumen ini.
Note: Also note that the terms "Class A, Class B" and so on are used in this document to help facilitate the understanding of IP addressing and subnetting. Catatan: Perlu diketahui juga bahwa istilah "Kelas A, Kelas B" dan seterusnya yang digunakan dalam dokumen ini untuk membantu mempermudah pemahaman IP addressing dan subnetting. These terms are rarely used in the industry anymore because of the introduction of classless interdomain routing (CIDR) . Istilah-istilah ini jarang digunakan dalam industri lagi karena pengenalan tanpa kelas interdomain routing (CIDR) .
Given an IP address, its class can be determined from the three high-order bits. Figure 1 shows the significance in the three high order bits and the range of addresses that fall into each class. Mengingat alamat IP, kelasnya dapat ditentukan dari tiga-order bit tinggi. Gambar 1 menunjukkan signifikansi dalam tiga bit urutan tinggi dan kisaran alamat yang masuk dalam kelas masing-masing. For informational purposes, Class D and Class E addresses are also shown. Untuk tujuan informasi, Kelas D dan E Class alamat juga ditampilkan.
Figure 1 Gambar 1 3an.gif
In a Class A address, the first octet is the network portion, so the Class A example in Figure 1 has a major network address of 1.0.0.0 - 127.255.255.255. Dalam Kelas alamat A, octet pertama adalah bagian jaringan, sehingga Kelas A contoh di Gambar 1 memiliki alamat jaringan utama 1.0.0.0 - 127.255.255.255. Octets 2, 3, and 4 (the next 24 bits) are for the network manager to divide into subnets and hosts as he/she sees fit. Oktet 2, 3, dan 4 (24 berikutnya bit) adalah untuk pengelola jaringan dibagi menjadi subnet dan host sebagai dia melihat cocok. Class A addresses are used for networks that have more than 65,536 hosts (actually, up to 16777214 hosts!). Alamat Kelas A digunakan untuk jaringan yang memiliki lebih dari 65.536 host (sebenarnya, sampai 16777214 host!).
In a Class B address, the first two octets are the network portion, so the Class B example in Figure 1 has a major network address of 128.0.0.0 - 191.255.255.255. Dalam sebuah alamat Kelas B, dua oktet pertama adalah bagian jaringan, sehingga contoh Kelas B di Gambar 1 memiliki alamat jaringan utama dari 128.0.0.0 - 191.255.255.255. Octets 3 and 4 (16 bits) are for local subnets and hosts. Octets 3 dan 4 (16 bit) untuk subnet lokal dan host. Class B addresses are used for networks that have between 256 and 65534 hosts. Alamat Kelas B digunakan untuk jaringan yang memiliki antara 256 dan 65534 host.
In a Class C address, the first three octets are the network portion. Dalam sebuah alamat Class C, tiga oktet pertama adalah bagian jaringan. The Class C example in Figure 1 has a major network address of 192.0.0.0 - 233.255.255.255. Contoh C Class di Gambar 1 memiliki alamat jaringan utama dari 192.0.0.0 - 233.255.255.255. Octet 4 (8 bits) is for local subnets and hosts - perfect for networks with less than 254 hosts. 4 oktet (8 bit) adalah untuk subnet lokal dan host - sempurna untuk jaringan dengan kurang dari 254 host.

Network Masks Jaringan Masker

A network mask helps you know which portion of the address identifies the network and which portion of the address identifies the node. Sebuah jaringan masker membantu Anda mengetahui bagian dari alamat mengidentifikasi jaringan dan bagian yang alamat mengidentifikasi node. Class A, B, and C networks have default masks, also known as natural masks, as shown here: Kelas A, B, dan jaringan C memiliki default masker, juga dikenal sebagai masker alami, seperti yang ditunjukkan di sini:
Class A: 255.0.0.0 Kelas A: 255.0.0.0
Class B: 255.255.0.0 Kelas B: 255.255.0.0
Class C: 255.255.255.0 Kelas C: 255.255.255.0 
An IP address on a Class A network that has not been subnetted would have an address/mask pair similar to: 8.20.15.1 255.0.0.0. IP address pada Kelas A jaringan yang belum subnetted akan memiliki alamat / mask pasangan mirip dengan: 8.20.15.1 255.0.0.0. To see how the mask helps you identify the network and node parts of the address, convert the address and mask to binary numbers. Untuk melihat bagaimana topeng membantu Anda mengidentifikasi bagian-bagian jaringan dan simpul alamat, mengubah alamat dan masker untuk bilangan biner.
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001 8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000 
Once you have the address and the mask represented in binary, then identifying the network and host ID is easier. Setelah Anda memiliki alamat dan topeng yang direpresentasikan dalam biner, kemudian mengidentifikasi jaringan dan ID host lebih mudah. Any address bits which have corresponding mask bits set to 1 represent the network ID. Setiap alamat bit yang memiliki bit mask sesuai set ke 1 mewakili ID jaringan. Any address bits that have corresponding mask bits set to 0 represent the node ID. Setiap alamat bit yang memiliki bit mask sesuai diatur ke 0 mewakili ID node.
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001 8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000
            ----------------------------------- -----------------------------------
             net id | host id net id | host id             

netid = 00001000 = 8 netid = 00001000 = 8
hostid = 00010100.00001111.00000001 = 20.15.1 hostid = 00010100.00001111.00000001 = 20.15.1 

Understanding Subnetting Memahami Subnetting

Subnetting allows you to create multiple logical networks that exist within a single Class A, B, or C network. Subnetting memungkinkan Anda untuk membuat jaringan beberapa logical yang ada dalam Class A, B, atau jaringan C. If you do not subnet, you are only able to use one network from your Class A, B, or C network, which is unrealistic. Jika Anda tidak subnet, Anda hanya dapat menggunakan satu jaringan dari Anda Kelas A, B, atau jaringan C, yang tidak realistis.
Each data link on a network must have a unique network ID, with every node on that link being a member of the same network. Setiap data link pada sebuah jaringan harus memiliki ID jaringan yang unik, dengan setiap node pada link menjadi anggota jaringan yang sama. If you break a major network (Class A, B, or C) into smaller subnetworks, it allows you to create a network of interconnecting subnetworks. Jika Anda istirahat jaringan utama (Kelas A, B, atau C) ke dalam subnetwork yang lebih kecil, memungkinkan Anda untuk membuat jaringan interkoneksi subnetwork. Each data link on this network would then have a unique network/subnetwork ID. Setiap link data pada jaringan ini kemudian akan memiliki jaringan yang unik / ID subnetwork. Any device, or gateway, connecting n networks/subnetworks has n distinct IP addresses, one for each network / subnetwork that it interconnects. Setiap perangkat, atau gateway, menghubungkan jaringan n / subnetwork memiliki n alamat IP yang berbeda, satu untuk setiap jaringan / subnetwork yang interkoneksi.
In order to subnet a network, extend the natural mask using some of the bits from the host ID portion of the address to create a subnetwork ID. Dalam rangka untuk subnet jaringan, memperpanjang masker alami menggunakan beberapa bit dari bagian host ID dari alamat untuk membuat ID subnetwork. For example, given a Class C network of 204.17.5.0 which has a natural mask of 255.255.255.0, you can create subnets in this manner: Misalnya, diberi jaringan Class C 204.17.5.0 yang memiliki masker alami 255.255.255.0, Anda dapat membuat subnet dengan cara ini:
204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000 204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000
255.255.255.224 - 11111111.11111111.11111111.11100000 255.255.255.224 - 11111111.11111111.11111111.11100000
                  --------------------------|sub|---- --------------------------| Sub |---- 
By extending the mask to be 255.255.255.224, you have taken three bits (indicated by "sub") from the original host portion of the address and used them to make subnets. Dengan memperluas masker yang akan 255.255.255.224, Anda telah mengambil tiga bit (ditandai dengan "sub") dari bagian host asli dari alamat dan menggunakannya untuk membuat subnet. With these three bits, it is possible to create eight subnets. Dengan tiga bit, adalah mungkin untuk membuat delapan subnet. With the remaining five host ID bits, each subnet can have up to 32 host addresses, 30 of which can actually be assigned to a device since host ids of all zeros or all ones are not allowed (it is very important to remember this). Dengan sisa host ID bit lima, masing-masing subnet dapat memiliki hingga 32 alamat host, 30 dari yang sebenarnya dapat diberikan ke perangkat sejak id tuan rumah dari semua nol atau semua yang tidak diperbolehkan (sangat penting untuk diingat ini). So, with this in mind, these subnets have been created. Jadi, dengan ini dalam pikiran, subnet ini telah diciptakan.
204.17.5.0 255.255.255.224 host address range 1 to 30 204.17.5.0 255.255.255.224 host address range 1 sampai 30
204.17.5.32 255.255.255.224 host address range 33 to 62 204.17.5.32 255.255.255.224 host address range 33-62
204.17.5.64 255.255.255.224 host address range 65 to 94 204.17.5.64 255.255.255.224 host address range 65-94
204.17.5.96 255.255.255.224 host address range 97 to 126 204.17.5.96 255.255.255.224 host address range 97-126
204.17.5.128 255.255.255.224 host address range 129 to 158 204.17.5.128 255.255.255.224 host address range 129-158
204.17.5.160 255.255.255.224 host address range 161 to 190 204.17.5.160 255.255.255.224 host address range 161-190
204.17.5.192 255.255.255.224 host address range 193 to 222 204.17.5.192 255.255.255.224 host address range 193-222
204.17.5.224 255.255.255.224 host address range 225 to 254 204.17.5.224 255.255.255.224 host address range 225-254 
Note: There are two ways to denote these masks. Catatan: Ada dua cara untuk menunjukkan topeng ini. First, since you are using three bits more than the "natural" Class C mask, you can denote these addresses as having a 3-bit subnet mask. Pertama, karena Anda menggunakan lebih dari tiga bit mask "natural" Class C, Anda dapat menunjukkan alamat-alamat sebagai memiliki subnet mask 3-bit. Or, secondly, the mask of 255.255.255.224 can also be denoted as /27 as there are 27 bits that are set in the mask. Atau, kedua, topeng 255.255.255.224 juga dapat dinyatakan sebagai / 27 karena ada 27 bit yang diatur dalam topeng. This second method is used with CIDR . Kedua metode ini digunakan dengan CIDR . Using this method, one of these networks can be described with the notation prefix/length. Dengan menggunakan metode ini, salah satu jaringan ini dapat digambarkan dengan notasi awalan / panjang. For example, 204.17.5.32/27 denotes the network 204.17.5.32 255.255.255.224. Sebagai contoh, 204.17.5.32/27 menunjukkan jaringan 204.17.5.32 255.255.255.224. When appropriate the prefix/length notation is used to denote the mask throughout the rest of this document. Bila diperlukan, prefiks / notasi panjang digunakan untuk menunjukkan topeng sepanjang sisa dokumen ini.
The network subnetting scheme in this section allows for eight subnets, and the network might appear as: Skema jaringan subnetting di bagian ini memungkinkan untuk delapan subnet, dan jaringan mungkin muncul sebagai:
Figure 2 Gambar 2 3b.gif
Notice that each of the routers in Figure 2 is attached to four subnetworks, one subnetwork is common to both routers. Perhatikan bahwa setiap router dalam Gambar 2 melekat pada empat subnetwork, satu sub jaringan yang sama untuk kedua router. Also, each router has an IP address for each subnetwork to which it is attached. Juga, setiap router memiliki alamat IP untuk setiap subnetwork yang terpasang. Each subnetwork could potentially support up to 30 host addresses. Setiap subnetwork berpotensi dapat mendukung hingga 30 alamat host.
This brings up an interesting point. Tombol ini menampilkan titik yang menarik. The more host bits you use for a subnet mask, the more subnets you have available. Bit-bit host yang Anda gunakan untuk subnet mask, subnet yang Anda miliki tersedia. However, the more subnets available, the less host addresses available per subnet. Namun, subnet yang tersedia, tuan rumah kurang alamat yang tersedia per subnet. For example, a Class C network of 204.17.5.0 and a mask of 255.255.255.224 (/27) allows you to have eight subnets, each with 32 host addresses (30 of which could be assigned to devices). Sebagai contoh, jaringan Class C 204.17.5.0 dan topeng 255.255.255.224 (/ 27) memungkinkan Anda untuk memiliki delapan subnet, masing-masing dengan 32 alamat host (30 dari yang dapat ditugaskan untuk perangkat). If you use a mask of 255.255.255.240 (/28), the break down is: Jika Anda menggunakan topeng 255.255.255.240 (/ 28), break down:
204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000 204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000
255.255.255.240 - 11111111.11111111.11111111.11110000 255.255.255.240 - 11111111.11111111.11111111.11110000
                  --------------------------|sub |--- --------------------------| Sub | --- 
Since you now have four bits to make subnets with, you only have four bits left for host addresses. Karena Anda sekarang memiliki empat bit untuk membuat subnet dengan, Anda hanya memiliki empat bit tersisa untuk alamat host. So in this case you can have up to 16 subnets, each of which can have up to 16 host addresses (14 of which can be assigned to devices). Jadi dalam hal ini Anda dapat memiliki hingga 16 subnet, yang masing-masing dapat memiliki hingga 16 alamat host (14 dari yang dapat diberikan ke perangkat).
Take a look at how a Class B network might be subnetted. Lihatlah bagaimana Kelas B subnet jaringan mungkin. If you have network 172.16.0.0 ,then you know that its natural mask is 255.255.0.0 or 172.16.0.0/16. Jika Anda memiliki jaringan 172.16.0.0, maka Anda tahu bahwa masker alami adalah 255.255.0.0 atau 172.16.0.0/16. Extending the mask to anything beyond 255.255.0.0 means you are subnetting. Memperluas topeng apa pun di luar 255.255.0.0 berarti Anda subnetting. You can quickly see that you have the ability to create a lot more subnets than with the Class C network. Anda dapat dengan cepat melihat bahwa Anda memiliki kemampuan untuk membuat subnet lebih banyak daripada jaringan C Class. If you use a mask of 255.255.248.0 (/21), how many subnets and hosts per subnet does this allow for? Jika Anda menggunakan topeng 255.255.248.0 (/ 21), berapa banyak subnet dan host per subnet hal ini memungkinkan?
172.16.0.0 - 10101100.00010000.00000000.00000000 172.16.0.0 - 10101100.00010000.00000000.00000000
255.255.248.0 - 11111111.11111111.11111000.00000000 255.255.248.0 - 11111111.11111111.11111000.00000000
                -----------------| sub |----------- -----------------| Sub |----------- 
You are using five bits from the original host bits for subnets. Anda menggunakan lima bit dari host bit asli untuk subnet. This allows you to have 32 subnets (2 5 ). Hal ini memungkinkan Anda untuk memiliki 32 subnet (2 5). After using the five bits for subnetting, you are left with 11 bits for host addresses. Setelah menggunakan lima bit untuk subnetting, Anda yang tersisa dengan 11 bit untuk alamat host. This allows each subnet so have 2048 host addresses (2 11 ), 2046 of which could be assigned to devices. Hal ini memungkinkan setiap subnet sehingga memiliki alamat host 2.048 (2 11), 2046 dari yang dapat diberikan ke perangkat.
Note: In the past, there were limitations to the use of a subnet 0 (all subnet bits are set to zero) and all ones subnet (all subnet bits set to one). Catatan: Di masa lalu, ada keterbatasan untuk penggunaan 0 subnet (semua bit subnet diatur ke nol) dan semua subnet yang (semua bit subnet diatur ke satu). Some devices would not allow the use of these subnets. Beberapa perangkat tidak akan memungkinkan penggunaan subnet ini. Cisco Systems devices allow the use of these subnets when the ip subnet zero command is configured. Cisco Systems perangkat yang memungkinkan penggunaan subnet ini ketika subnet ip nol perintah dikonfigurasi.

Examples Contoh

Sample Exercise 1 Contoh Latihan 1

Now that you have an understanding of subnetting, put this knowledge to use. Sekarang bahwa Anda memiliki pemahaman tentang subnetting, menempatkan pengetahuan ini digunakan. In this example, you are given two address / mask combinations, written with the prefix/length notation, which have been assigned to two devices. Dalam contoh ini, Anda diberikan dua alamat / kombinasi masker, ditulis dengan awalan / notasi panjang, yang telah ditugaskan untuk dua perangkat. Your task is to determine if these devices are on the same subnet or different subnets. Tugas Anda adalah untuk menentukan apakah perangkat ini berada pada subnet yang sama atau subnet yang berbeda. You can do this by using the address and mask of each device to determine to which subnet each address belongs. Anda dapat melakukan ini dengan menggunakan alamat dan topeng perangkat masing-masing untuk menentukan subnet alamat yang dimiliki masing-masing.
DeviceA: 172.16.17.30/20 DeviceA: 172.16.17.30/20
DeviceB: 172.16.28.15/20 DeviceB: 172.16.28.15/20 
Determining the Subnet for DeviceA: Menentukan Subnet untuk DeviceA:
172.16.17.30 - 10101100.00010000.00010001.00011110 172.16.17.30 - 10101100.00010000.00010001.00011110
255.255.240.0 - 11111111.11111111.11110000.00000000 255.255.240.0 - 11111111.11111111.11110000.00000000
                  -----------------| sub|------------ -----------------| Sub |------------
subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0 Subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0 
Looking at the address bits that have a corresponding mask bit set to one, and setting all the other address bits to zero (this is equivalent to performing a logical "AND" between the mask and address), shows you to which subnet this address belongs. Melihat bit alamat yang memiliki sedikit topeng sesuai diatur ke satu, dan pengaturan semua bit alamat lain ke nol (ini setara dengan melakukan logika "DAN" antara topeng dan alamat), menunjukkan yang subnet alamat ini milik . In this case, DeviceA belongs to subnet 172.16.16.0. Dalam hal ini, DeviceA milik subnet 172.16.16.0.
Determining the Subnet for DeviceB: Menentukan Subnet untuk DeviceB:
172.16.28.15 - 10101100.00010000.00011100.00001111 172.16.28.15 - 10101100.00010000.00011100.00001111
255.255.240.0 - 11111111.11111111.11110000.00000000 255.255.240.0 - 11111111.11111111.11110000.00000000
                  -----------------| sub|------------ -----------------| Sub |------------
subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0 Subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0 
From these determinations, DeviceA and DeviceB have addresses that are part of the same subnet. Dari penentuan, DeviceA dan DeviceB memiliki alamat yang merupakan bagian dari subnet yang sama.

Sample Exercise 2 Contoh Latihan 2

Given the Class C network of 204.15.5.0/24, subnet the network in order to create the network in Figure 3 with the host requirements shown. Mengingat jaringan Kelas C 204.15.5.0/24, subnet jaringan untuk menciptakan jaringan di Gambar 3 dengan persyaratan host ditampilkan.
Figure 3 Gambar 3 3c.gif
Looking at the network shown in Figure 3 , you can see that you are required to create five subnets. Melihat jaringan yang ditampilkan dalam Gambar 3 , Anda dapat melihat bahwa Anda diminta untuk membuat lima subnet. The largest subnet must support 28 host addresses. Terbesar subnet harus mendukung 28 alamat host. Is this possible with a Class C network? Apakah ini mungkin dengan jaringan C Class? and if so, then how? dan jika demikian, lalu bagaimana?
You can start by looking at the subnet requirement. Anda bisa mulai dengan melihat kebutuhan subnet. In order to create the five needed subnets you would need to use three bits from the Class C host bits. Dalam rangka untuk menciptakan lima subnet yang dibutuhkan Anda akan perlu untuk menggunakan tiga bit dari host bit Kelas C. Two bits would only allow you four subnets (2 2 ). Dua bit hanya akan memungkinkan Anda empat subnet (2 2).
Since you need three subnet bits, that leaves you with five bits for the host portion of the address. Karena Anda perlu tiga bit subnet, yang membuat Anda dengan lima bit untuk bagian alamat host. How many hosts does this support? Berapa banyak host tidak mendukung hal ini? 2 5 = 32 (30 usable). 2 5 = 32 (30 digunakan). This meets the requirement. Ini memenuhi persyaratan.
Therefore you have determined that it is possible to create this network with a Class C network. Oleh karena itu anda telah menentukan bahwa adalah mungkin untuk membuat jaringan ini dengan jaringan C Class. An example of how you might assign the subnetworks is: Sebuah contoh bagaimana Anda dapat menetapkan subnetwork adalah:
netA: 204.15.5.0/27 host address range 1 to 30 Neta: host Kisaran alamat 204.15.5.0/27 1 sampai 30
netB: 204.15.5.32/27 host address range 33 to 62 netB: host rentang alamat 204.15.5.32/27 33-62
netC: 204.15.5.64/27 host address range 65 to 94 netC: host 204.15.5.64/27 Kisaran alamat 65-94
netD: 204.15.5.96/27 host address range 97 to 126 netD: host 204.15.5.96/27 Kisaran alamat 97-126
netE: 204.15.5.128/27 host address range 129 to 158 netE: host 204.15.5.128/27 Kisaran alamat 129-158 

VLSM Example Contoh VLSM

In all of the previous examples of subnetting, notice that the same subnet mask was applied for all the subnets. Dalam semua contoh sebelumnya subnetting, perhatikan bahwa subnet mask yang sama diterapkan untuk semua subnet. This means that each subnet has the same number of available host addresses. Ini berarti bahwa masing-masing subnet memiliki jumlah yang sama alamat host yang tersedia. You can need this in some cases, but, in most cases, having the same subnet mask for all subnets ends up wasting address space. Anda bisa kebutuhan ini dalam beberapa kasus, namun, dalam banyak kasus, memiliki subnet mask yang sama untuk semua subnet berakhir sampai membuang-buang ruang alamat. For example, in the Sample Exercise 2 section, a class C network was split into eight equal-size subnets; however, each subnet did not utilize all available host addresses, which results in wasted address space. Figure 4 illustrates this wasted address space. Sebagai contoh, di Latihan Contoh 2 bagian, jaringan kelas C dipecah menjadi delapan ukuran subnet yang sama, namun masing-masing subnet tidak memanfaatkan semua alamat host yang tersedia, yang menghasilkan ruang alamat terbuang. Gambar 4 mengilustrasikan hal ini ruang alamat terbuang.
Figure 4 Gambar 4 3d.gif
Figure 4 illustrates that of the subnets that are being used, NetA, NetC, and NetD have a lot of unused host address space. Gambar 4 mengilustrasikan bahwa dari subnet yang sedang digunakan, Neta, NetC, dan NetD memiliki banyak ruang alamat host yang tidak terpakai. It is possible that this was a deliberate design accounting for future growth, but in many cases this is just wasted address space due to the fact that the same subnet mask is being used for all the subnets. Ada kemungkinan bahwa ini adalah desain akuntansi yang disengaja untuk pertumbuhan di masa depan, tetapi dalam banyak kasus ini hanya terbuang ruang alamat karena fakta bahwa subnet mask yang sama digunakan untuk semua subnet.
Variable Length Subnet Masks (VLSM) allows you to use different masks for each subnet, thereby using address space efficiently. Variabel Length Subnet Masks (VLSM) memungkinkan Anda untuk menggunakan masker berbeda untuk setiap subnet, sehingga menggunakan ruang alamat efisien.

VLSM Example Contoh VLSM

Given the same network and requirements as in Sample Exercise 2 develop a subnetting scheme with the use of VLSM, given: Mengingat jaringan yang sama dan persyaratan seperti dalam Contoh Latihan 2 mengembangkan skema subnetting dengan penggunaan VLSM, diberikan:
netA: must support 14 hosts Neta: harus mendukung 14 host
netB: must support 28 hosts netB: harus mendukung 28 host
netC: must support 2 hosts netC: harus mendukung 2 host
netD: must support 7 hosts netD: harus mendukung 7 host
netE: must support 28 host netE: harus mendukung 28 host 
Determine what mask allows the required number of hosts. Tentukan apa masker memungkinkan jumlah yang diperlukan host.
netA: requires a /28 (255.255.255.240) mask to support 14 hosts Neta: membutuhkan / 28 (255.255.255.240) masker untuk mendukung 14 host
netB: requires a /27 (255.255.255.224) mask to support 28 hosts netB: membutuhkan / 27 (255.255.255.224) masker untuk mendukung 28 host
netC: requires a /30 (255.255.255.252) mask to support 2 hosts netC: membutuhkan / 30 (255.255.255.252) masker untuk mendukung 2 host
netD*: requires a /28 (255.255.255.240) mask to support 7 hosts netD *: membutuhkan / 28 (255.255.255.240) masker untuk mendukung 7 host
netE: requires a /27 (255.255.255.224) mask to support 28 hosts netE: membutuhkan / 27 (255.255.255.224) masker untuk mendukung 28 host

* a /29 (255.255.255.248) would only allow 6 usable host addresses * A / 29 (255.255.255.248) hanya akan memungkinkan 6 alamat host yang dapat digunakan
  therefore netD requires a /28 mask. Oleh karena itu netD membutuhkan / 28 mask. 
The easiest way to assign the subnets is to assign the largest first. Cara termudah untuk menetapkan subnet adalah untuk menetapkan terbesar pertama. For example, you can assign in this manner: Sebagai contoh, Anda dapat menetapkan cara ini:
netB: 204.15.5.0/27 host address range 1 to 30 netB: host rentang alamat 204.15.5.0/27 1 sampai 30
netE: 204.15.5.32/27 host address range 33 to 62 netE: host 204.15.5.32/27 Kisaran alamat 33-62
netA: 204.15.5.64/28 host address range 65 to 78 Neta: host 204.15.5.64/28 Kisaran alamat 65-78
netD: 204.15.5.80/28 host address range 81 to 94 netD: host 204.15.5.80/28 Kisaran alamat 81-94
netC: 204.15.5.96/30 host address range 97 to 98 netC: host 204.15.5.96/30 Kisaran alamat 97-98 
This can be graphically represented as shown in Figure 5: Hal ini dapat direpresentasikan secara grafis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5:
Figure 5 Gambar 5 3e.gif
Figure 5 illustrates how using VLSM helped save more than half of the address space. Gambar 5 menggambarkan bagaimana menggunakan VLSM membantu menyelamatkan lebih dari setengah ruang alamat.

CIDR CIDR

Classless Interdomain Routing (CIDR) was introduced to improve both address space utilization and routing scalability in the Internet. InterDomain Classless Routing (CIDR) diperkenalkan untuk memperbaiki alamat pemanfaatan ruang dan skalabilitas routing di Internet. It was needed because of the rapid growth of the Internet and growth of the IP routing tables held in the Internet routers. Hal ini diperlukan karena pertumbuhan yang cepat dari Internet dan pertumbuhan dari tabel routing IP diadakan di router Internet.
CIDR moves way from the traditional IP classes (Class A, Class B, Class C, and so on). CIDR bergerak jauh dari kelas IP tradisional (Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan seterusnya). In CIDR , an IP network is represented by a prefix, which is an IP address and some indication of the length of the mask. Dalam CIDR, sebuah jaringan IP diwakili dengan kode, yang merupakan alamat IP dan beberapa indikasi dari panjang topeng. Length means the number of left-most contiguous mask bits that are set to one. Panjang berarti jumlah paling kiri bit mask bersebelahan yang diatur ke satu. So network 172.16.0.0 255.255.0.0 can be represented as 172.16.0.0/16. Jadi jaringan 172.16.0.0 255.255.0.0 dapat direpresentasikan sebagai 172.16.0.0/16. CIDR also depicts a more hierarchical Internet architecture, where each domain takes its IP addresses from a higher level. CIDR juga menggambarkan arsitektur Internet lebih hirarkis, dimana setiap domain mengambil alamat IP-nya dari tingkat yang lebih tinggi. This allows for the summarization of the domains to be done at the higher level. Hal ini memungkinkan untuk summarization dari domain yang akan dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi. For example, if an ISP owns network 172.16.0.0/16, then the ISP can offer 172.16.1.0/24, 172.16.2.0/24, and so on to customers. Sebagai contoh, jika ISP memiliki jaringan 172.16.0.0/16, maka ISP dapat menawarkan 172.16.1.0/24, 172.16.2.0/24, dan sebagainya untuk pelanggan. Yet, when advertising to other providers, the ISP only needs to advertise 172.16.0.0/16. Namun, ketika iklan untuk penyedia lain, ISP hanya perlu untuk mengiklankan 172.16.0.0/16.
For more information on CIDR, see RFC 1518 Untuk informasi lebih lanjut tentang CIDR, lihat RFC 1518 leavingcisco.com and RFC 1519 dan RFC 1519 leavingcisco.com . .

Appendix Lampiran

Sample Config Contoh Config

Routers A and B are connected via serial interface. Router A dan B terhubung melalui interface serial.

Router A Router A

 hostname routera hostname routera
  ! !
  ip routing ip routing
  ! !
  int e 0 int e 0
  ip address 172.16.50.1 255.255.255.0 ip address 172.16.50.1 255.255.255.0
  !(subnet 50) (Subnet 50)!
  int e 1 ip address 172.16.55.1 255.255.255.0 int e 1 ip address 172.16.55.1 255.255.255.0
  !(subnet 55) (Subnet 55)!
  int t 0 ip address 172.16.60.1 255.255.255.0 int t 0 ip address 172.16.60.1 255.255.255.0
  !(subnet 60) int s 0 (Subnet 60) int! S 0
  ip address 172.16.65.1 255.255.255.0 (subnet 65) ip address 172.16.65.1 255.255.255.0 (subnet 65)
  !S 0 connects to router B S 0 menghubungkan! Ke router B
  router rip router rip
  network 172.16.0.0 jaringan 172.16.0.0 

Router B Router B

 hostname routerb hostname routerb
  ! !
  ip routing ip routing
  ! !
  int e 0 int e 0
  ip address 192.1.10.200 255.255.255.240 ip address 192.1.10.200 255.255.255.240
  !(subnet 192) (Subnet 192)!
  int e 1 int 1 e
  ip address 192.1.10.66 255.255.255.240 ip address 255.255.255.240 192.1.10.66
  !(subnet 64) (Subnet 64)!
  int s 0 int s 0
  ip address 172.16.65.2 (same subnet as router A's s 0) ip address 172.16.65.2 (subnet sama dengan s A router 0)
  !Int s 0 connects to router A Int s! 0 terhubung ke router A
  router rip router rip
  network 192.1.10.0 jaringan 192.1.10.0
  network 172.16.0.0 jaringan 172.16.0.0 

Host/Subnet Quantities Table Host / Subnet Table Kuantitas

Class B Effective Effective Kelas B Efektif Efektif
# bits Mask Subnets Hosts # Bit subnet Mask Host
------- --------------- --------- --------- ------- --------------- --------- ---------
  1 255.255.128.0 2 32766 1 255.255.128.0 2 32766
  2 255.255.192.0 4 16382 2 255.255.192.0 4 16382
  3 255.255.224.0 8 8190 3 255.255.224.0 8 8190
  4 255.255.240.0 16 4094 4 255.255.240.0 16 4094
  5 255.255.248.0 32 2046 5 255.255.248.0 32 2046
  6 255.255.252.0 64 1022 6 255.255.252.0 64 1022
  7 255.255.254.0 128 510 7 255.255.254.0 128 510
  8 255.255.255.0 256 254 8 255.255.255.0 256 254
  9 255.255.255.128 512 126 9 255.255.255.128 512 126
  10 255.255.255.192 1024 62 10 255.255.255.192 1024 62
  11 255.255.255.224 2048 30 11 255.255.255.224 2048 30
  12 255.255.255.240 4096 14 12 255.255.255.240 4096 14
  13 255.255.255.248 8192 6 13 255.255.255.248 8192 6
  14 255.255.255.252 16384 2 14 255.255.255.252 16384 2

Class C Effective Effective Kelas C Efektif Efektif
# bits Mask Subnets Hosts # Bit subnet Mask Host
------- --------------- --------- --------- ------- --------------- --------- ---------
  1 255.255.255.128 2 126 1 255.255.255.128 2 126 
  2 255.255.255.192 4 62 2 255.255.255.192 4 62
  3 255.255.255.224 8 30 3 255.255.255.224 8 30
  4 255.255.255.240 16 14 4 255.255.255.240 16 14
  5 255.255.255.248 32 6 5 255.255.255.248 32 6
  6 255.255.255.252 64 2 6 255.255.255.252 64 2

  
*Subnet all zeroes and all ones included. * Subnet semua nol dan semua yang disertakan. These Ini 
 might not be supported on some legacy systems. mungkin tidak didukung pada beberapa sistem warisan.
*Host all zeroes and all ones excluded. * Host semua nol dan semua yang dikecualikan. 
READ MORE - Memahami Alamat IP,subnetting
Diberdayakan oleh Blogger.
 
 
Copyright © Bengkel Web
2011 All Reserved
Devilzc0de Simple Template by Awang Shellovers